History
Of Jokowi
to
Become The 7th President of
Indonesia
Oleh
Resty Nursabella
YunaSakurasou@yahoo.com
Joko
Widodo bisa dikenal dengan sebutan Jokowi. Jokowi ialah presiden ketuju setelah Presiden SBY, yang telah mengalami pensiun sebagai Presiden
yang ke enam. Jokowi telah di lantik sebagai presiden pada tanggal 20 Oktober
2014 yang lalu. Laki-laki lulusan dari
fakultas kehutanan UGM ini mengalami
kehidupan yang serba sederhana. Dimulai dengan kisah hidupnya pada masa kecil,
yang dulu itu sangat susah untuk belajar, tidak seperti orang-orang lain yang
mempunyai uang lebih untuk mengikuti les tambahan.
Pada
waktu yang lalu Jokowi mengunjungi sebuah sekolah di Jakarta dan ia bertanya
kepada salah satu siswa “Habis pulang dari sekolah, kamu belajar dari jam
berapa ke jam berapa?” , siswa itu menjawab “Dari jam ke 7 sampai jam 9 malam”
. Setelah itu, Jokowi menceritakan
kehidupan masa kecilnya sebagai anak tukang kayu yang hidupnya serba pas-pasan.
“Dulu itu saya tinggal di bantaran kali, ndak seperti yang lain bisa ikut les
macam-macam. Kalau biasanya mereka belajar dari jam 7 sampai jam 9, saya
belajar lebih dari jam 7 sampai jam 11” . Jokowi disana mengajarkan mereka
untuk selalu giat belajar supaya dapat mencapai cita-cita mereka yang tinggi.
Selebih
lagi kisah Jokowi yang pertama kali memulai kehidupannya di dunia politik. Olok-olok itu yang biasa di sebut untuk pria kelahiran
21 Juni 1961 ini. Di saat pertama kali Jokowi mulai mencalonkan diri sebagai
walikota solo. Berbagai orang tidak yakin atas kemampuan Jokowi untuk
memerintah, di tambah lagi pesaingnya adalah politisi dan birokrat yang sudah
merasakan dunia perpolitikan. Tetapi , ajaibnya ia menang mutlak atas
saingan-saingannya di atas 90 persen, dan akhirnya dia memulai kehidupannya
sebagai walikota solo.
Walikota
solo itu status pertama untuk memulai kehidupan ke dunia politik yang lebih
luas. Dari tengah-tengah Pulau Jawa tempat ia dilahirkan, ia terbang menuju
Jakarta karena partai PDI Perjuang yang mengusulkannya untuk bertarung di pusat
kekuasaan yang lebih berat yaitu sebagai Calon gubernur DKI Jakarta. Saat itu
ia berhadapan dengan Fauzi Bowo atau bisa disebut dengan Foke yang sedang
berada di puncak kekuasaannya. Mulailah berbagai olokan dari media tentang
Jokowi yang berpasangan dengan Basuki ”Ahok” yang langsung menjadi objek cemooh
bahkan bernuansa SARA (Suku, Agama , Ras dan Antargolongan). Olok-olokan itu
semakin besar di saat pasangan Jokowi-Ahok maju ke putaran kedua dari lima
pasang calon gubernur. Tetapi itu tidak membuat pasangan tersebut melemah.
Sebuah
catatan menarik timbul yaitu lahirnya apa yang kemudian dikenal dengan “relawan”
politik. Khususnya anak-anak muda yang menunjukkan ketidakpuasan kepada
penguasa yang sudah lama berkuasa tetapi tidak menghasilkan hal yang bermakna.
Oleh karena itu lahirnya voluntir , yang pertama dimulai dengan membuat sebuah
lagu menarik tentang Jokowi-Ahok di dunia maya, dan usaha-usaha lain yang
menarik perhatian terhadap pasangan Jokowi-Ahok. Pada akhirnya, takdir
memutuskan untuk menjadikan Jokowi sebagai gubernur baru di DKI Jakarta dan
Ahok sebagai wakil gubernur.
Usaha-usaha
Jokowi membuat penduduk Jakarta kagum, Jakarta yang mulanya sering mengalami
kemacetan lalu lintas, sedikit demi sedikit berkurang, dan hal-hal yang sampai sekarang masih belum
terselesaikan, mulai dari hal yang sepele maupun yang besar dan tahap demi
tahap teratasi. Sikap Jokowi yang sederhana, humble, dan down to earth ,
yaitu langusng ke TKP itu membuat masyarakat dan orang-orang di media kagum
akan aksinya. Hingga pada akhirnya sebuah keputusan dari ketua PDI Perjuangan Megawati
Soekarnoputri mengusulkan Jokowi untuk berhenti menjadi gubernur DKI Jakarta
dan menjalankan kehidupan barunya sebagai pemimpin baru Indonesia yaitu menjadi
Presiden.
Tentu
itu bukan keputusan yang mudah apalagi pesaing terberatnya adalah Prabowo
Subianto yang memiliki keunggulan kebih tinggi dari Jokowi. Prabowo yang memiliki
pendidikan yang tinggi, dan juga ia berasal
dari keluarga kaya yang elite serta ia juga merupakan mantan militer, sedangkan
Jokowi hanyalah orang rakyat biasa yang mempunyai pendidikan yang biasa saja.
Tetapi itu tidak membuat Jokowi gentar, dia menerima dan mencalonkan dirinya
menjadi capres Indonesia bersama Jusuf Kalla, dan akhirnya pasangan ini dikenal
dengan Jokowi-JK nomor urutan dua, dari pasangan Prabowo-Hatta yang beurutan nomor
satu.
Lagi-lagi
sebagian besar public meremehkan terhadap sosok Jokowi yang di anggap tidak
layak atau tidak pantas sebagai Presiden RI, apalagi wajahnya yang “krempeng”
dan wajah “Wong Deso” itu sangat tidak pantas di anggap Presiden RI, itu
pendapat para masyarakat yang tidak menyukai Jokowi . Hingga pada Pilpres pada
tanggal 9 juli 2014 Prabowo-Hatta harus menerima dengan lapang dada tentang hasil
voting kemenangan Jokowi-JK. Beberapa
jam sebelum KPU menetapkan si Penerima Takdir Prabowo-Hatta menarik diri karena
telah yakin bahwa mereka sudah tahu pasti akan kalah. Akhirnya keputusan telah
ditetapkan bahwa kemenang telah jatuh kepada pasangan berurut nomor dua yaitu
Jokowi-JK. Jokowi pun menjadi Presiden yang ketujuh Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar